Siapa bilang menyesal selalu dibelakang, saya memiliki sebuah fakta unik tentang penyesalan yang berada di depan. Baiklah akan saya ceritakan kronologisnya.
Waktu itu hari sabtu dan cuaca Samarinda sangatlah buruk, kota Tepian diguyur hujan dari pagi buta (emang pagi punya mata). Penduduk Samarinda pasti faham efek buruk dari hujan yang terlampau lama, dan benar saja hari itu hampir setiap ujung jalan tergenang air hujan (red: banjir).
Jadwal rutin saya seperti biasa, tiap hari sabtu jam 10 pagi adalah menjadi bang ojek untuk gadis sexy asal kota Balikpapan (red: Tia), misi bang ojek sangat mulia yaitu menyenangkan hati pelanggan, pelanggan enggak selamanya harus dionceng tetapi boleh juga membonceng.
Pada hari itu, Tia minta ojek ke Sei Kunjang (red: terminal bus), sebelum berangkat ketujuan, dimulai dengan tawar-menawar siapa yang akan membonceng, saya memulai menawarkan “mau di depan atau dibelakang?”
dengan nada mantap Tia menyahut “di depan deh....” tanpa piker panjang saya langsung bilang “oke....”
Di perjalanan tepatnya di jalan P. Antasari rupanya banjir lumayan dalam, dan keluarlah suara dari yang membonceng “wah banjir, nyesal aku didepan”
Tuh kan, nyesal enggak selamanya harus dibelakang.
1 komentar:
nyesal ngantarnya...!
Posting Komentar
Jangan cuma baca, sampaikan kripik dan sarapan anda melalui komentar.